Social responsibility key to end MCO, for blissful life without Covid-19

The MCO could be lifted if we are all well behaved during the current MCO & well into the post MCO.

1586 0
1586 0
English

Published in Malay Mail, image from Malay Mail.

Now that the Covid-19 pandemic curve has flattened, thanks to the effective implementation of the movement control order (MCO) with its concomitant social distancing measures, the key to ensure the elimination of the virus from our nation is the inculcation of a sense of heightened social responsibility among the rakyat.

When social responsibility becomes pervasive, this will ensure the internalisation of the MCO “culture” — social distancing, observing regularly personal hygiene like washing hands, avoiding gathering and wearing a mask in public — by all without the need for enforcement by the authorities.

When the observance of the MCO culture becomes the salient feature of the third phase of the MCO which starts today, the result — a second phase of flattening of the curve to its floor will occur, which will lead to zero infection as shown by the diagram.

Flattening curve of covid-19

What the graph is telling us is the first phase of flattening of the curve occurs when the daily infection figure reaches its peak. The curve cannot flatten for as long as the peak has not arrived.

Based on the researches of JP Morgan and the World Health Organisation (WHO), which in turn are based on a forecast modelling of the Wuhan experience, Malaysia will reach its peak today (mid-April) with a total infection of 6,300 cases which translates into a daily infection figure of between 200 to 250 cases.

For the record, as of yesterday Malaysia’s total infection is 4,987. Today, most likely it will cross the 5,000 mark but it is still a far cry from the 6,300 predicted by JP Morgan and the WHO.

To use the term of analysts “punting” on the quarterly GDP growth of a country, we can say that Malaysia beats analysts’ forecast when it comes to total infection.

However, for the daily peak, which was recorded at 235 infections on March 26, it is within analysts’ forecast of 200-250 cases.

What this means is during the first MCO (March 18-31), the curve has flattened already despite the many infringements by the rakyat on the MCOs. It was good that the government still continues to extend the MCO because this will make the curve continue to plateau instead of going up.

By right, the extension of the MCO should have caused the curve to fall gradually.

This would have been the case if after the daily peak has been achieved, there was a consistent daily drop in the infection figure but as we can see from the daily announcement of the Ministry of Health (MoH), the daily infection figures perform like a yo-yo.

One reason for this yoyo performance is the failure to get 100 per cent support for the MCO culture alluded earlier. Even with the threat of fines and going to jail, the MCO measures are being infringed on a daily basis.

Another reason could be the failure to have 16,000 Covid-19 tests done on a daily basis as announced previously by the MOH. It faces problem of getting enough test kits that could ascertain the result with accuracy within 24 hours.

In fact, no country, even the advanced ones, has produced a test kit on Covid-19 that could yield accurate result within 24 hours.

But at least, we should be thankful enough that the plateaued curve does not go up.

The question now is when will it go up? Basing on statistics alone, it will go up if in the coming days and weeks, the daily infection figure exceeds the current peak which is 235 cases on 26 March. This will be the case when in the third phase of the MCOs, the people still continue to violate MCO measures.

The next question to be asked is, when will the flattened curve slope downwards?

This will happen when we see a consistent daily drop in the infection numbers in the coming days and weeks.

This drop will be deep once the daily infection figure changes from a three-digit number to a two-digit figure, and deeper still with a change to a one-digit figure, signalling the arrival of the second phase of the flattening of the curve to its floor which will then taper to a zero infection.

And what will bring us to this state of affair? As I mentioned earlier, it’s social responsibility to observe all the measures put in place during the MCO by all of us, including businesses that have been allowed to open.

With the occurrence of the second phase of the flattening of the curve, which some experts say will come about in mid-May, perhaps then it is time to lift the MCOs in mid-May. But wait a minute, what about if people straightaway become complacent and put down the drain all the MCO culture they have so patiently observed during the MCO?

Well, the curve might go up again especially in view of Ramadan when the non-obligatory tarawih prayers will surely draw huge crowds to the mosques, followed soon after by the festive atmosphere of “balik kampung” during the last few days of Ramadan plus the coming of Syawal with Hari Raya’s family gathering and visiting.

It is for this reason that some people are thinking that the MCO should be extended all the way after Hari Raya!

Remember the Wuhan lockdown was instituted on January 23 just two days before the festive Lunar New Year holidays.

But I think we all can help the government in making a decision to end the MCO if we can give the policymakers an assurance that we will behave well during the current MCO and continues to observe the MCO culture even after the MCO is lifted!

Jamari Mohtar is Director of Media & Communications at EMIR Research, an independent think-tank focused on strategic policy recommendations based upon rigorous research.

Bahasa Melayu

Diterbitkan oleh EMIR Research.

Oleh kerana lengkung pandemik Covid-19 telah diratakan ekoran pelaksanaan Perintah Kawalan Pergerakan (PKP) yang efektif dengan langkah-langkah penjarakan sosialnya, kini kunci untuk memastikan penghapusan virus dari negara kita adalah menanamkan rasa peningkatan tanggungjawab sosial di kalangan rakyat.

Apabila tanggungjawab sosial menjadi meluas, ini akan memastikan penghayatan diri akan “budaya” PKP – penjarakan sosial, mengamalkan kebersihan diri secara berkala seperti mencuci tangan, mengelakkan berkumpul dan memakai topeng muka apabila berada di kawasan awam – oleh semua rakyat tanpa memerlukan penguatkuasaan oleh pihak berkuasa.

Apabila pengamalan budaya PKP menjadi ciri penting fasa ketiga PKP yang bermula hari ini (15 April), hasilnya – fasa kedua meratakan lengkung sehingga ke lantai akan berlaku, yang akan membawa kepada jangkitan sifar seperti yang ditunjukkan oleh rajah di bawah.

Flattening curve of covid-19

Graf ini menunjukkan fasa pertama meratakan lengkung berlaku apabila angka jangkitan harian mencapai puncaknya. Lengkung tidak dapat merata selagi puncak belum tiba.

Berdasarkan kajian JP Morgan dan Pertubuhan Kesihatan Sedunia (WHO) yang mendasarkan model ramalan berdasarkan pengalaman Wuhan, Malaysia akan mencapai puncaknya hari ini (pertengahan April) dengan jumlah jangkitan sebanyak 6,300 kes, dengan kes jangkitan harian antara 200 hingga 250 kes.

Setakat ini, jumlah seluruh jangkitan Malaysia pada 14 April adalah 4,987. Hari ini (15 April), kemungkinan besar jumlah tersebut akan mencecah 5,000, tetapi masih jauh dari 6,300 yang diramalkan oleh JP Morgan dan WHO.

Untuk menggunakan istilah penganalisis “menujum” ramalan pertumbuhan KDNK suku tahun sesebuah negara, kita boleh bercakap seirama dengan penganalisis dengan berkata Malaysia mengalahkan ramalan penganalisis dalam hal jumlah seluruh jangkitan. Namun, dari segi puncak jangkitan harian yang dicatat pada 235 kes pada 26 Mac, ia selaras ramalan penganalisis sebanyak 200-250 kes.

Ini bererti semasa berlakunya PKP pertama (18-31 Mac), lengkung telah merata meskipun terdapat banyak pelanggaran oleh rakyat terhadap PKP. Dalam hal ini, langkah kerajaan melanjutkan tempoh PKP merupakan langkah bijak kerana ini akan membuat lengkung terus merata dan bukannya naik.

Sepatutnya, lanjutan tempoh PKP boleh menjadikan lengkung menurun secara beransur-ansur. Ini akan berlaku sekiranya setelah puncak harian tercapai, terdapat penurunan konsisten angka jangkitan harian tetapi seperti yang kita lihat dari pengumuman harian Kementerian Kesihatan Malaysia (KKM), angkanya bagaikan permainan yoyo.

Salah satu sebab prestasi yoyo ini adalah kegagalan mendapatkan sokongan 100% untuk budaya PKP yang disebutkan sebelum ini. Walaupun dengan ancaman denda dan penjara, langkah-langkah PKP dilanggar setiap hari.

Sebab lain ialah kegagalan melakukan 16,000 ujian Covid-19 sehari seperti yang diumumkan oleh KKM sebelumnya. Ia menghadapi masalah untuk mendapatkan kit ujian yang mencukupi dalam memastikan hasil ujian dengan tepat diperolehi dalam masa 24 jam. Sebenarnya, tidak ada negara, bahkan negara maju sekalipun, yang menghasilkan kit uji Covid-19 yang dapat memberi keputusan ujian yang tepat dalam 24 jam.

Tetapi sekurang-kurangnya kita harus bersyukur kerana lengkung yang rata itu tidak naik. Persoalannya sekarang ialah bila ia akan naik? Berdasarkan statistik sahaja, ia akan naik dalam beberapa hari dan minggu mendatang sekiranya angka jangkitan harian melebihi angka puncak jangkitan seharian – iaitu 235 kes pada 26 Mac. Ini akan berlaku apabila pada fasa ketiga PKP, rakyat masih terus melanggar peraturan PKP.

Soalan seterusnya adalah bilakah lengkung rata akan merosot ke bawah? Ini akan berlaku apabila kita melihat penurunan konsisten dalam angka jangkitan sehari dalam beberapa hari dan minggu mendatang.

Penurunan ini akan mencuram setelah jangkitan harian berubah dari nombor angka tiga menjadi angka dua, dan lebih mendalam lagi dengan perubahan ke nombor angka satu, menandakan kedatangan fasa kedua perataan lengkung sehingga ke lantainya (lihat gambar rajah) yang akan kemudiannya membawa jangkitan ke angka sifar.

Dan apa yang akan membawa kita ke keadaan ini? Seperti yang saya nyatakan sebelumnya, pengamalan tanggungjawab sosial untuk memastikan semua langkah PKP dipatuhi oleh kita semua, termasuk perniagaan yang telah dibenarkan untuk beroperasi.

Dengan berlakunya fasa kedua perataan lengkung sehingga ke lantainya, yang menurut beberapa pakar akan berlaku pada pertengahan Mei, mungkin sudah waktunya untuk PKP tidak dilaksanakan pada pertengahan Mei. Tetapi tunggu sebentar, bagaimana jika orang langsung berasa leka dan membuang semua budaya PKP yang telah mereka amati dengan sabar semasa PKP?

Jika ini berlaku, lengkung yang mula merata menuju ke lantainya mungkin akan naik lagi terutama memandangkan Ramadhan ketika solat tarawih yang tidak wajib pasti akan menarik banyak orang ke masjid-masjid, diikuti dengan suasana perayaan “balik kampung” pada beberapa hari terakhir Ramadhan ditambah menjelang Syawal kekerapan berkumpul hasil kunjungan keluarga dan sahabat handai.

Atas sebab inilah beberapa orang berpendapat PKP harus dilanjutkan sehingga selepas Hari Raya!

Ingatlah bahawa penguncian kota Wuhan dilaksanakan pada 23 Januari – hanya dua hari sebelum cuti Tahun Baru Cina.

Tetapi saya fikir kita semua dapat menolong pemerintah dalam membuat keputusan untuk menamatkan PKP sekiranya kita dapat memberi jaminan kepada penggubal dasar bahawa kita akan berkelakuan baik semasa PKP sekarang ini dan terus mengamati budaya PKP walaupun setelah PKP ditamatkan!

Jamari Mohtar adalah Pengarah, Media & Komunikasi di EMIR Research, sebuah organisasi pemikir bebas yang berfokuskan kepada pencernaan saranan-saranan dasar strategik berteraskan penyelidikan yang terperinci, konsisten dan menyeluruh.

In this article